Kecelakaan 3 pembalap dalam GP San Marino 1994 (F1) |
Balap mobil Formula 1 alias F1 saat ini sedang dalam masa jayanya.
Meningkatnya jumlah penggemar dari tahun ke tahun membuat banyak orang tertarik dan ingin mengetahui F1 lebih dalam.
Persaingan antar tim dan pembalap terus terjadi dalam balapan mobil yang sudah berlangsung sejak 1950 ini.
Banyak sekali balapan yang sudah berlangsung dalam ajang F1, salah satunya adalah GP San Marino 1994.
Namun, balapan yang berlangsung di sirkuit Imola ini dikenang oleh penggemar F1 sebagai salah satu balapan paling kelam dalam ajang tersebut.
Hal ini dikarenakan adanya insiden yang melibatkan 3 pembalap dalam waktu antara 29 April hingga 1 Mei 1994.
Dilansir dari Firstpost.com, momen kelam ini bermula lewat kecelakaan hebat yang dialami oleh pembalap asal Brasil dari tim Jordan yaitu Rubens Barrichello.
Mobilnya yang saat itu melaju dengan kecepatan tinggi mengenai kerb (pembatas trek) sehingga mobilnya agak terbang di salah satu tikungan menjelang start dan menghantam pembatas yang berisi ban.
Usai menghantam pembatas, mobilnya pun terbalik dan Barrichello pun dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi cedera, sehingga harus absen dari balapan.
Insiden yang dialami Barrichello ternyata merupakan awal dari tragedi yang akan mengubah citra F1 selamanya.
Keesokan harinya di tanggal 30 April, musibah pun menimpa pembalap Simtek asal Austria yaitu Roland Ratzenberger.
Ratzenberger kehilangan kendali saat melaju dengan kecepatan 300 kilometer per jam dan menghantam dinding di sekitar tikungan Villeneuve.
Sang pembalap kemudian dinyatakan meninggal beberapa jam kemudian dan kejadian tersebut menjadi sebuah tragedi karena untuk pertama kalinya ada pembalap F1 yang meninggal sejak kejadian yang dialami Gilles Villeneuve pada 1982.
Kematian Ratzenberger tidak serta merta menghentikan balapan yang tetap dilaksanakan pada 1 Mei 1994 tersebut.
Pada awal balapan, pembalap Benetton yaitu JJ Lehto mengalami mogok mesin dan ditabrak oleh pembalap Lotus yaitu Pedro Lamy.
Balapan sempat dihentikan karena kondisi yang tidak aman, apalagi terdapat beberapa penonton yang cedera karena terkena serpihan dari kecelakaan 2 mobil tersebut.
Setelah beberapa saat, balapan pun dilanjutkan dengan pembalap Williams yaitu Ayrton Senna berusaha mengejar pembalap muda berbakat saat itu dari Benetton yaitu Michael Schumacher.
Sayangnya, tidak lama setelah itu puncak dari tragedi pun terjadi dimana mobil Senna melaju dengan kecepatan tinggi dan tidak bisa dikendalikan.
Mobilnya kemudian menghantam tembok di sekitar tikungan Tamburello dengan sangat keras, sehingga balapan langsung dihentikan.
Senna pun segera dibawa ke rumah sakit dan balapan pun kembali dilanjutkan setelah 37 menit dengan Michael Schumacher sebagai pemenangnya.
Namun, perayaan tersebut tidak dilakukan dengan meriah mengingat kejadian yang dialami oleh Senna dan kematian Ratzenberger sehari sebelumnya.
Pada tanggal 1 Mei 1994 pukul 6:40 waktu setempat, pihak rumah sakit pun mengabarkan bahwa Ayrton Senna telah meninggal dunia.
GP San Marino 1994 pun menjadi tragedi kelam yang tidak bisa dilupakan oleh penggemar F1 hingga kini.
Kejadian tersebut menjadi pembelajaran bagi F1 untuk terus meningkatkan sistem keamanan bagi pembalap.
Rubens Barrichello cukup beruntung karena masih selamat dan bahkan menjadi salah satu pembalap yang diperhitungkan di era 2000an, terutama saat menjadi rekan Michael Schumacher di Ferrari.
Nama Ayrton Senna dikenang sebagai legenda F1 serta pahlawan nasional bagi masyarakat Brasil.
Kemampuan dan kehebatannya di trek tidak diragukan lagi, terutama persaingan sengitnya dengan Alain Prost.
Sementara itu, nama Roland Ratzenberger seakan tertutupi dan terlupakan, meski ia menjadi orang pertama yang meninggal di balapan tersebut.
Hal ini karena perhatian publik lebih tertuju kepada Senna, yang merupakan seorang pembalap juara dunia.
Meski begitu, masih banyak penggemar F1 yang tetap mengingat Ratzenberger beserta kecelakaan tragis yang merenggut nyawanya.
Tentu saja, semua berharap bahwa kejadian GP San Marino 1994 yang merenggut nyawa Senna dan Ratzenberger tidak boleh lagi terulang.
Pihak penyelenggara perlu meningkatkan unsur keselamatan, disamping adanya aksi di trek, drama antar pembalap dan tim, hingga penerapan strategi di setiap balapan F1.***
Sumber diterjemahkan dari: https://www.firstpost.com/sports/imola-1994-formula-ones-tragic-weekend-1496973.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar