Minggu, 17 April 2016

Seandainya Aku Mengenal Dia

Tidur terlalu malam, bangun terlalu pagi. Itu sudah menjadi hal biasa bagiku. Tadi pagi, itu terjadi lagi. Bapakku diundang kantornya, Kementerian Perdagangan, untuk acara jalan sehat dalam rangka Hari Konsumen Nasional (Harkonas). Untuk itulah kenapa aku harus bangun pagi, dan aku malah tidak tahu kalau aku harus bangun pagi. Untungnya aku bisa bangun. Bergeraklah aku bersama bapak dan adik bungsuku ke stasiun Bekasi. Enak ya, jalan masih sepi dan suasana paginya terasa sekali. Jalan-jalan pun belum padat pada pukul 6.00 saat itu. Ditambah lagi, sebelumnya juga sempat hujan. Pantaslah kudengar suara gemuruh, yang pada akhirnya disingkirkan oleh cahaya matahari pagi. Aku tidak ingat jam berapa kereta itu bergerak dari stasiun Bekasi. Mungkin pukul 6.15, aku pun tidak tahu karena aku lebih fokus melihat ke luar. Suasana pendingin makin membuat pagi terasa sangat dingin, tapi aku tidak begitu peduli.

Pukul 7.15, sampai di stasiun terdekat yaitu Gondangdia. Dari sana aku harus berjalan dari stasiun menuju kantor bapakku. Setelah sampai, kami mendapatkan pakaian, tas, makanan, dan minuman. Bapak menyapa rekan-rekan kerjanya, sementara aku dan adikku hanya diam. Lagipula siapa yang kukenal diantara mereka? Tidak ada. Pukul 7.30, jalan sehat dimulai. Rutenya adalah Kemendag – Jalan Medan Merdeka Barat – Jalan Thamrin – Jalan Kebon Sirih – Kemendag, dengan jarak tempuh sekitar 3,5 km. Selain dari keluarga besar Kemendag, peserta berasal dari masyarakat umum dan sejumlah komunitas dari Jakarta dan sekitarnya. Hal yang akhirnya baru kuketahui dari rute yang sudah kulewati, banyak gedung ternama yang berorientasi pemerintahan dan kementerian.

Memasuki Jl. Kebon Sirih, ketika bapakku menyapa seorang rekan kerjanya, aku pun tertarik akan sesuatu. Apa itu? Seorang perempuan. Ia tampak menarik, cantik, dan sepertinya baik. Dia pasti anak dari rekan kerja bapakku. Usianya? Mungkin seumuran denganku, tetapi bisa saja dia seumuran dengan adikku yang sekarang kelas 10 (ia tidak ikut), atau ia sedikit lebih tua denganku. Aku menyukainya dan tertarik padanya. Tapi, seperti gejala yang kualami biasanya. Aku takut, aku tak berani. aku tak yakin. Bagaimana caraku berbicara kepadanya, itu pun aku bingung. Aku tidak tahu harus apa. Menurutku ia agak mirip dengan pengisi suara Upin & Ipin, Asyiela Putri. Sayang sekali, aku tidak bisa berkenalan dengan dia. Salahku juga sih, diam saja. Tapi ini sudah gejala yang kualami sejak lama, susah dihilangkan. Akhirnya aku jadi menyesal. Aku mencarinya, tapi ia seperti tidak tampak lagi. Ia seperti menghilang. Ia tak bisa kutemukan. Ya, memang yang namanya penyesalan itu datang belakangan.

Sekarang aku tidak tahu lagi siapa dia. Tentu saja aku tidak tahu, karena aku tidak mengenalnya. Berkenalan pun tidak. Aku tidak yakin kalau aku berani. Aku ragu kalau aku bisa mengambil hatinya. Gaya bicaraku kejauhan? Wajar. Ketika aku kehilangan dia pun aku menyesal. Aku mulai menyukai dia, tapi aku juga dengan mudah begitu saja melupakannya. Seandainya aku kenal rekan kerja bapakku itu. Satu hal yang kuketahui, dia, perempuan itu, adalah salah satu diantaranya banyak perempuan yang kusukai dan kuinginkan, tapi tak mampu kudapatkan. Lagipula, memang dia mau denganku? Apakah dia bisa menyukaiku? Aku tak terlalu yakin. Aku hanya bisa membayangkannya saja. Itu tak akan terwujud. Kemudian, kami pun pulang kembali ke rumah. Sekarang, aku lupa bagaimana sih penampilan dia? Semua seperti sudah kuhapus, tapi aku berusaha membangun kembali ingatan tentang dia, yang kini hanya tersisa satu persen ingatan.

Kami bergegas pulang, kami tidak yakin memenangkan door prize di acara itu. Jadi untuk apa menunggu? Oh iya, sebelum pulang kami mampir ke KFC, terletak disamping kantor pajak yang bersebelahan dengan kantor bapakku, untuk membeli burger. Bapakku lalu dihampiri seorang ibu. Ia mengucap "Assalamualaikum." Kupikir dia teman bapakku, ternyata bukan. Ia hanya menanyakan tempat. Tapi bukan itu yang membuatku terkejut. Ibu itu menanyakan arah tempat 7-Eleven yang berada di samping KFC. Aku terkejut karena ia bukan orang Indonesia. Ia bertanya dengan bahasa Inggris. Aku mulai berpikir mungkin dia orang Turki, atau Arab, atau Pakistan. Aku tidak tahu. Aku terkejut, karena aku membayangkan apa yang akan terjadi jika aku yang mengalaminya. Pasti aku kaget, atau kebingungan yang kudapat. Setelah membeli burger, kami jalan lagi ke stasiun Gondangdia dan menunggu kereta yang datang untuk kembali ke Bekasi.

Aku membicarakan tentang hari ini, perjalanan awal, jalan sehat, mengenal tempat, terpesona kepada seorang perempuan, dan pertanyaan turis asing. Aku masih terpikir tentang perempuan itu. Muda, belia, menarik, dan kurasa ia baik dan cerdas. Sayangnya, aku tidak berbicara kepadanya. Padahal aku sangat penasaran dan cukup tertarik kepadanya. Kini, aku cuma berharap bisa bertemu dia lagi. Aku ingin tahu banyak tentang dia karena aku cukup menyukainya. Menyukai sebagai pacar? Mungkin iya, tapi mungkin pula tidak. Seandainya saja aku mengenal dia... 

Bekasi, 17 April 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar