Jumat, 11 Maret 2016

Dendam dan Kebencian

Ini adalah sebuah ungkapan atas pikiran yang ditulis oleh saya.

Ada jiwa yang tidak stabil, yang menghuni jiwa seseorang yang tenang dan lembut. Ada balas dendam yang dimiliki, di dalam sifat seseorang yang baik. Dan ada kebencian yang menghinggapi, di saat semua orang berpikir seseorang yang mereka kenal adalah orang yang berkepribadian santun dan berbudi.

Seseorang tersebut mendapat serangan, namun ia tetap diam dan terus bersabar hingga menunggu mereka berhenti. Tetapi, mereka tidak berhenti menyerangnya, sehingga kesabarannya pun habis. Ia pun meledak. Dendam dan kebencian menguasainya, membuat ia lupa akan kebaikannya. Maka terlihatlah jati dirinya yang sebenarnya, yang lalu menyerang bahkan menghancurkan mereka yang mengganggu jiwanya, sehingga pandangan banyak orang pun telah berubah mengenai dirinya.

Sekarang, ia mengalami perubahan luar biasa. Perubahan itu baik sifat maupun jiwanya yang sepenuhnya. Ia hampir pula kehilangan rasa kemanusiaannya, akibat dendam dan kebencian yang sangat besar telah menguasai dirinya. Tetapi, ia tetap berusaha untuk mengendalikan dirinya, dan tidak menghancurkan mereka sepenuhnya, tetapi cukup separuhnya saja.

Hanya rasa kemanusiaan dan rasa ingatnya kepada Tuhan, yang bisa menghentikan perbuatannya secara perlahan-lahan. Sayangnya, ia jauh dari agama. Rasa ingatnya kepada Tuhan pun sangat sedikit, karena dendam dan kebencian yang berada di dalam jiwanya, serta tekadnya untuk menghapus mereka yang sudah membuatnya jatuh ke dalam kebencian, penderitaan, serta rasa sakit yang mendalam.

Jiwanya sudah sangat terganggu. Balas dendam adalah jalan utama. Satu demi satu para pengganggu pun dihancurkan. Di sisi lain, mereka malah tampak semakin puas melihat jiwanya terganggu, karena suatu hari ia akan dianggap orang gila atau penjahat, dan harus menikmati kehidupan di tempat seperti rumah sakit jiwa maupun penjara. Dan mereka pun akan tertawa puas melihat kehancuran dirinya.

Ia terus melakukannya, lama kelamaan pun ia sadar pula dan berusaha memperbaiki jiwanya sedikit demi sedikit, mengendalikan dirinya, menghapus dendam dan kebencian pada dirinya, dan mengingat Tuhan serta kembali mengikuti perintah agama, beserta ajaran-ajarannya yang baik. Disamping itu pula, ia pun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia pun menyerah, memohon ampunan ke Tuhan, dan berjanji agar tidak akan melakukannya lagi.

Mungkin, ia akan kesulitan pada awalnya, namun pada akhirnya ia akan kembali kepada dirinya yang dahulu. Kembali kepada jiwanya yang tenang dan sifatnya yang baik, dan ia pun akan bisa mengubah pandangan orang terhadap dirinya, yang dahulu pernah memasuki kegelapan yang membutakan kebaikannya. Kini, ia akan kembali ke sisi terang, yang akan mengantar kita kepada kebenaran dan kebaikan.

Bekasi, 11 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar